PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU
BUNGA, DAN NILAI KURS RUPIAH TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MIGAS DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Abstract
The
purpose of this research is investigated and examined the influence of
inflation, rate of interest, and kurs toward fluctuation stock price gas and
oil company in Indonesian stock exchance at 2008-2010. The Hypotesis in this
research is there is influence inflation, rate of interest and kurs toward
fluctuation stock price gas and oil company in Indonesian Stock Exchance at
2008-2010 as partial and simultan.
Data
that used in this research is secondary data. Data have been collected from
Indonesian Stock Exchance and Indonesian Banking at 2008-2010. The sample in
this research is 3 enterprise. The analisys that used is multiple regression,
clasic asumption, .
The
result of t test show that inflation and rate of interst have posotif influence
toward fluctuation stock price gas and oil company, kurs have not positif
influence toward fluctuation stock price gas and oil company in Indonesian
Stock Exchance at 2008-2010. The result of F test show that inflation, interest
of rate, and kurs have influence toward fluctuation stock price gas and oil
company in Indonesian Stock Exchance at 2008-2010 as simultance. The show as 0,27 it
means that independent variable can explain 27% for variation of dependent
variable, 73% can been explained another variable.
Keyword : inflation, interest of rate, kurs, stock price
oil and gas company.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia
bisnis saat ini telah mengalami perkembangan pesat, persaingan antar industri
semakin ketat. Persaingan ini tentunya akan semakin menimbulkan permintaan akan
dana yang cukup tinggi, salah satu alasannya adalah untuk menjaga persaingan
dengan menggencarkan banyak iklan di berbagai media, baik media cetak, maupun
elektronik. Kebutuhan sumber dana yang besar tersebut dapat dipenuhi oleh
beberapa perusahaan dengan melakukan go publik atau menjual sahamnya kepada
khalayak umum agar setiap orang berkesempatan untuk memiliki saham perusahaan
tersebut. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah jika
dibandingkan dengan harus meminjam dana dari pihak ketiga, karena lebih
berisiko.
Pasar
modal merupakan sarana bertemunya para pemodal dan para pencari modal. Menurut
Sugeng Raharjo(2010), ada tiga tujuan utama diadakannya pasar modal; pertama,
mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham
perusahaan. Kedua, pemerataan pendapatan bagi masyarakat, dan ketiga,
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penghimpunan dana secara produktif.
Karena salah satu syarat agar masyarakat mau melakukan investasi adalah
investasi tersebut haruslah aman dan juga transparansi, agar menciptakan
kenyamanan kepada investor tersebut. Dalam hal ini perusahaan haruslah
melampirkan laporan keuangannya, agar investor bisa memilah dimana kira-kira
dia akan menginvestasikan dananya tersebut.
Saat
ini kondisi pasar modal di Indonesia sedang mengalami tahap perkembangan, yang
tentu saja kondisi ini sangat rawan terhadap kondisi perekonomian yang juga
tidak stabil. Sebab jika kita merujuk pada krisis ekonomi yang terjadi pada
tahun 1998, dimana pada saat itu adalah dimana saat perekonomian Indonesia
benar-benar runtuh. Akibat kondisi ini, berdampak pada tingginya inflasi,
sehingga berdampak pula pada runtuhnya pasar modal di Indonesia. Sebab, inflasi
akan berdampak buruk terhadap perkembangan pasar modal. Karena, jika inflasi
tinggi, maka masyarakat akan enggan menanamkan dananya di pasar modal, dan
cenderung untuk membelanjakan uangnya, atau berinfestasi di sektor yang tanpa
risiko, salah satu contohnya adalah deposito. Merujuk dari jurnal Sugeng
Raharjo(2010) kondisi pada saat itu terjadi inflasi mencapai 70% dan depresiasi
nilai tukar rupiah yang mencapai 500% hingga mengakibatkan seluruh kegiatan
perekonomian terganggu. Harga-harga saham di pasar modal turun secara drastis,
sehingga investor banyak yang mengalami kerugian. Tentu saja kondisi ini akan
mengakibatkan calon investor berpikir ulang untuk menanamkan dananya di pasar
modal.
Faktor
perubahan harga saham merupakan salah satu indikator yang menunjukkan kegiatan
di pasar modal. Untuk itu, investor harus paham bagaimana menganalisis
pergerakan harga saham di pasar modal. Menurut Tegararief Ocki Prakarsa dan Budi
Hartono Kusuma(2008) depresiasi rupiah membuat investor pesimis akan kinerja
emiten. Kesulitan mengantisipasi fluktuasi rupiah membuat para investor
bimbang. Hal tersebut membuat harga saham di pasar modal terus berfluktuasi
dengan tajam. Selain itu, fluktuasi kurs yang berpotensi mengakibatkan kerugian
dan keuntungan bagi investor asing yang membeli maupun menjual sahamnya dengan
menggunakan rupiah. Jika mata uang suatu negara terapresiasi (rupiah menguat)
atau terdepresiasi (rupiah melemah) terhadap mata uang asing lainnya, oleh
pasar hal itu dapat diinterpretasikan bahwa tingkat perekonomian Negara
tersebut baik atau buruk.keadaan ini pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan
dan penawaran di pasar modal, tepatnya di Bursa Efek Indonesia.
Kurs
menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli mata uang
asing tertentu. Salah satu faktor yang cukup penting dalam mempengaruhi kurs
valuta asing adalah kondisi politik di Negara tersebut. Apabila kondisi politik
di suatu Negara sedang baik/stabil, maka akan berpengaruh positif terhadap
fluktuasi nilai tukar Negara tersebut. Dan sebaliknya, apabila kondisi politik
suatu Negara sedang dalam keadaan kurang stabil/kacau, maka akan berpengaruh
negative terhadap fluktuasi kurs/nilai tukar Negara tersebut.
Kebijakan
Bank Sentral dalam menerapkan kebijakan suku bunga akan berpengaruh kepada niat
investor untuk berinvestasi dalam bentuk deposito. Menurut Bank Indonesia(BI), SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam
rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek
dengan sistem diskonto. Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara
kestabilan nilai rupiah. Menurut
Cahyono (2000:117) terdapat 2 penjelasan mengapa kenaikan suku bunga dapat
mendorong harga saham ke bawah. Pertama, kenaikan suku bunga mengubah peta
hasil investasi. Kedua, kenaikan suku bunga akan memotong laba perusahaan. Hal
ini terjadi dengan dua cara. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan beban bunga
emiten, sehingga labanya bisa terpangkas. Selain itu, ketika suku bunga tinggi,
biaya produksi akan meningkat dan harga produk akan lebih mahal sehingga
konsumen mungkin akan menunda pernbeliannya dan menyimpan dananya di bank.
Akibatnya penjualan perusahaan menurun. Penurunan penjualan perusahaan dan laba
akan menekan harga saham.
Penelitian Rahardjo(2007)
mengungkapkan bahwa tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham. Tetapi menurut penelitian Sugeng Raharjo(2010)
mengungkapkan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh positif terhadap
perubahan harga saham.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sarwono (2003),
disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham
disebutkan bahwa variabel rate of return on total assets, deviden payout
ratio, financial leverage dan tingkat suku bunga merupakan variabel yang
mempengaruhi harga saham. Begitu juga dengan hasil penelitian Okty (2002),
menyebutkan bahwa suku bunga dan inflasi merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap berubahnya harga saham.
Menurut
Ajid Hajiji(2008) Kurs berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik
terhadap IHSG sedangkan suku bunga SBI dan inflasi juga berpengaruh negatif
tetapi tidak signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa investor
selama periode penelitian tidak terlalu memperhatikan pergerakan SBI dan
inflasi namun cenderung lebih memperhatikan pergerakan Rupiah terhadap Dolar
AS.
Salah satu alasan mengapa penulis
memilih objek penelitian pada perusahaan Migas yang lising di Bursa Efek
Indonesia adalah karena isu yang menguat pada saat krisis
ekonomi global tahun 2008 terjadi. Dimana pada saat itu
sedang terjadi penurunan harga minyak mentah dunia. Pemerintah
bahkan sempat menurunkan harga BBM
bersubsidi, kebijakan ini diambil pemerintah sebagai salah satu upaya dalm menanggapi kritik yang dilakukan masyarakat terkait telah turunnya
harga minyak mentah dunia. Rencana
tersebut akhirnya dijalankan oleh pemerintah akibat desakan yang terjadi
terus menerus oleh masyarakat. Atas dasar itulah kemudian muncul
keinginan dari penulis untuk melihat apa sebenarnya yang terjadi terhadap
perusahaan Migas di Indonesia, bagaimana kegiatan mereka di pasar modal, serta
apakah aspek ekonomi makro mempengaruhi perubahan harga saham perusahaan
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
hasil penjelasan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah ada pengaruh antara inflasi
terhadap perubahan harga saham perusahaan Migas di Bursa Efek Indonesia?
2.
Apakah ada pengaruh antara nilai kurs
rupiah terhadap perubahan harga saham perusahaan Migas di Bursa Efek Indonesia?
3.
Apakah ada pengaruh antara tingkat suku
bunga terhadap perubahan harga saham perusahaan Migas di Bursa Efek Indonesia?
4.
Apakah ada pengaruh antara inflasi,
nilai tukar rupiah, dan tingkat suku bunga terhadap perubahan harga saham perusahaan Migas di Bursa Efek
Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh
antara inflasi terhadap perubahan harga saham perusahaan Migas di Bursa Efek
Indonesia?
2.
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh
antara kurs rupiah terhadap perubahan harga saham perusahaan Migas di Bursa
Efek Indonesia?
3.
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh
antara tingkat suku bunga terhadap perubahan harga saham perusahaan Migas di
Bursa Efek Indonesia?
4.
Untuk mengetahui pengaruh antara
inflasi, kurs rupiah, dan tingkat suku bunga terhadap perubahan harga saham
perusahaan Migas di Bursa Efek Indonesia?
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis
a. Sebagai
bahan kajian secara konseptual/teori terhadap perubahan harga saham.
b. Sebagai dasar unutuk melakukan penelitian
selanjutnya bagi para peneliti yang tertarik kepada pergerakan harga saham.
2.
Manfaat Praktis
a. Memberikan
pengetahuan tambahan terhadap penulis maupun pembaca lainnya terhadap berbagai
macam permasalahan khususnya mengenai pergerakan harga saham.
b. Memperoleh
pengetahuan bagi kalangan atau orang yang berniat untuk bekerja di pasar modal
terhadap hasil penelitian ini.
c. Memberikan
informasi kepada investor terhadap perubahan harga saham, sehingga nantinya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi di pasar
modal.
d. Memberikan
manfaat kepada pimpinan perusahaan dalam mengambil kebijakan, terutama yang
berkaitan dengan pasar modal.
BAB II
DASAR TEORITIS
2.1 Inflasi
Menurut wikipedia, inflasi adalah suatu
proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan
kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses
dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat
harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah
indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi. Istilahinflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi,
dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Menurut Bodie dan Marcus (2001:331)
inflasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum
mengalami kenaikan. Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang
menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga-harga barang secara umum,
yang berarti terjadinya penurunan nilai uang. Penyebab utama dan satu-satunya
yang
memungkinkan gejala ini muncul menurut Teori Kuantitas mengenai uang pada mazhab klasik adalah terjadinya kelebihan uang yang beredar sebagai akibat penambahan jumlah uang di masyarakat.
memungkinkan gejala ini muncul menurut Teori Kuantitas mengenai uang pada mazhab klasik adalah terjadinya kelebihan uang yang beredar sebagai akibat penambahan jumlah uang di masyarakat.
Menurut Keynes dalam The General Theory
of Employment, Interest and Money, dinyatakan bahwa inflasi disebabkan oleh gap
antara kemampuan ekonomi masyarakat terhadap keinginan-keinginannya terhadap
barang-barang (Shapiro, 2002). Yang dimaksud dengan gap disini adalah
permintaan masyarakat terhadap barang-barang lebih besar daripada jumlah yang
tersedia sehingga terjadi kenaikan harga, yang kemudian dikenal dengan istilah
inflationary gap.
Menurut Winardi (1995 : 235) pengertian inflasi adalah suatu kenaikan relatif dalam tingkat harga umum (Sarwoko, 2005). Inflasi dapat timbul bila jumlah uang atau uang deposito dalam peredaran banyak, dibandingkan dengan jumlah barang-barang atau jasa yang ditawarkan atau bila karena hilangnya kepercayaan terhadap mata uang nasional, terdapat gejala yang meluas untuk menukar dengan barang-barang.
Menurut Winardi (1995 : 235) pengertian inflasi adalah suatu kenaikan relatif dalam tingkat harga umum (Sarwoko, 2005). Inflasi dapat timbul bila jumlah uang atau uang deposito dalam peredaran banyak, dibandingkan dengan jumlah barang-barang atau jasa yang ditawarkan atau bila karena hilangnya kepercayaan terhadap mata uang nasional, terdapat gejala yang meluas untuk menukar dengan barang-barang.
Menurut
Ridwan dan Barlian (2003), Inflasi adalah suatu kondisi ketika tingkat harga
meningkat secara terus menerus dan mempengaruhi Individu, dunia usaha dan
pemerintah. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus menerus. dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya
nilai mata uang secara terus menerus. Inflasi adalah proses dari suatu
peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga artinya tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling
mempengaruhi.. Dari segi fiskal, pemerintah menerapkan kenaikan prosentase
pungutan pajak, mengadakan pinjaman sukarela atau pinjaman paksa,memotong uang,
membekukan sebagian atau seluruhnya simpanan-simpanan (deposito) pihak-pihak
partikulir (bukan punya pemerintah) yang ada dalam bank-bank, serta penurunan
pengeluaran pemerintah.
2.1.1 jenis Inflasi
Ada berbagai jenis inflasi, seperti :
Menurut Kusnadi (1997 : 227) jenis
inflasi berdasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut dibedakan menjadi
empat macam (Sarwoko, 2005), yaitu:
• Inflasi tingkat ringan yaitu jika tingkat inflasi
dibawah 10 persen setahun
• Inflasi tingkat sedang yaitu jika tingkat inflasi
diatas 10 persen sampai 30 persen setahun
• Inflasi tingkat berat yaitu jika tingkat inflasi
diatas 30 persen akan tetapi masih dibawah 100 persen.
• Inflasi tingkat sangat parah, inflasi yang
terakhir ini dikenal pula dengan nama hiperinflasi, yaitu jika tingkat inflasi
diatas 100 persen.
Jenis inflasi atas dasar perbedaan kualitatif, yaitu
penggolongan yang didasarkan pada perbedaan keadaan. Dalam hal ini inflasi
dibagi dalam tiga tahap (Samuelson dan Nordhaus, 1998 : 299), yaitu :
• Inflasi moderat
Bentuk inflasi ini terjadi ketika
harga-harga meningkat dengan perlahan-lahan.
Kita dapat mengatakan inflasi ini bersifat moderat apabila angkanya masih di bawah 10 persen setahun atau inflasi satu angka atau satu digit. Dalam situasi inflasi moderat harga barang-barang relatif tidak akan bergerak jauh menyimpang. Orang tidak akan terlalu banyak berpikir dalam menggunakan uangnya, karena tingkat suku bunga riil tidak terlalu rendah. Apabila laju inflasi rendah, maka uang yang biasanya berbunga nominal hampir mendekati nol, maksimal menghasilkan suku bunga riil sedikit negatif. Selain itu harapan yang timbul dari masyarakat relatif stabil. Orang tidak khawatir dalam membuat transaksi dengan nilai nominal.
• Inflasi menengah (Galloping Inflation)
Kita dapat mengatakan inflasi ini bersifat moderat apabila angkanya masih di bawah 10 persen setahun atau inflasi satu angka atau satu digit. Dalam situasi inflasi moderat harga barang-barang relatif tidak akan bergerak jauh menyimpang. Orang tidak akan terlalu banyak berpikir dalam menggunakan uangnya, karena tingkat suku bunga riil tidak terlalu rendah. Apabila laju inflasi rendah, maka uang yang biasanya berbunga nominal hampir mendekati nol, maksimal menghasilkan suku bunga riil sedikit negatif. Selain itu harapan yang timbul dari masyarakat relatif stabil. Orang tidak khawatir dalam membuat transaksi dengan nilai nominal.
• Inflasi menengah (Galloping Inflation)
Bentuk inflasi ini terjadi jika harga-harga
mulai melonjak 20, 100 atau 200 persen setahun artinya inflasi ini ditandai
dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau triple
digit), inflasi ini sering disebut dengan inflasi dua / tiga angka / digit.
Begitu inflasi ganas mulai mengakar, maka gangguan ekonomi yang gawat mulai
bermunculan. Pada umumnya sebagian besar kontrak-kontrak transaksi dikaitkan
dengan indeks harga atau mata uang asing, dolar misalnya, uang kehilangan
nilainya begitu cepat, dimana uang memperoleh suku bunga riilnya sebesar
negatif 50 atau 100 persen setahun, karena itu orang tidak mau lagi meyimpan
uang lebih dari jumlah minimum yang dibutuhkannya. Pasar uang akan semakin
buruk dana dana biasanya dialokasikan lebih dengan cara penjatahan daripada perhitungan
suku bunga.Orang-orang berlomba-lomba dalam menimbun barang, membeli rumah,
tanah, dan tidak akan pernah meminjamkan uang dengan suku bunga yang
biasa.
• Hiperinflasi
Bentuk inflasi ketiga yang sangat mematikan disebut
dengan hiperinflasi.
Adapun ciri-ciri dari hiperinflasi adalah : adanya kecepatan perputaran uang (yaitu
betapa cepat uang dibelanjakan begitu diterima ) meningkat sangat besar,
misalnya uang akan berputar lebih dari 30 kali lebih cepat dari awal periode. Dan
harga-harga relatif sangat tidak stabil, biasanya upah riil seseorang hanya berubah
satu persen atau bahkan kurang dari bulan ke bulan.
Adapun ciri-ciri dari hiperinflasi adalah : adanya kecepatan perputaran uang (yaitu
betapa cepat uang dibelanjakan begitu diterima ) meningkat sangat besar,
misalnya uang akan berputar lebih dari 30 kali lebih cepat dari awal periode. Dan
harga-harga relatif sangat tidak stabil, biasanya upah riil seseorang hanya berubah
satu persen atau bahkan kurang dari bulan ke bulan.
Jenis inflasi menurut sebabnya :
• Demand pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan
permintaan total. Kenaikan permintan total akan menaikkan harga dan hasil
produksi.
• Cost push inflation
Biasanya ditandai dengan kenaikan harga
dan penurunan produksi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya
penurunan dalam penawaran total sebagai akibat kenaikan biaya produksi.
Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan turunnya
produksi. Kalau proses ini berjalan terus-menerus timbullah cost push
inflation.
Inflasi dan suku bunga mempunyai hubungan timbal balik. Suku bunga tinggi akan mengakibatkan kenaikan bunga pinjaman kredit bank yang dibutuhkan oleh peminjam dana meningkat sehingga ongkos produksi akan meningkat dan berujung pada harga jual produk yang meningkat pula. Inflasi yang meningkat mengakibatkan suku bunga juga meningkat, sebab jika terjadi inflasi maka setiap investor akan meminta imbal hasil minimum yang telah mampu mengganti besarnya inflasi.
Inflasi dan suku bunga mempunyai hubungan timbal balik. Suku bunga tinggi akan mengakibatkan kenaikan bunga pinjaman kredit bank yang dibutuhkan oleh peminjam dana meningkat sehingga ongkos produksi akan meningkat dan berujung pada harga jual produk yang meningkat pula. Inflasi yang meningkat mengakibatkan suku bunga juga meningkat, sebab jika terjadi inflasi maka setiap investor akan meminta imbal hasil minimum yang telah mampu mengganti besarnya inflasi.
2.2
Nilai Tukar
Definisi
niilai tukar atau kurs (foreign exchange rate) antara lain dikemukakan
oleh Abimanyu4
adalah
harga mata uang suatu negara relative terhadap mata uang negara lain. Karena
nilai tukar ini mencakup dua mata uang, maka titik keseimbangannya ditentukan
oleh sisi penawaran dan permintaan dari kedua mata uang tersebut.
Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang
lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata
uang lainnya (Salvatore 1997:9). Menurut Peraturan Mentri
Keuangan No 114/PMK.04/2007 Pasal 1 yang dimaksud dengan nilai tukar
adalah“Harga mata uang rupiah terhadap mata uang asing.”Menurut Imamul Arifin,
Gina Hadi W (2009:82) nilai tukar
adalah“Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya.”Menurut M. Faisal
(2001:20) nilai tukar (kurs) adalah :“Harga suatu mata uang (yang diekspresikan)
terhadap mata uang lainnya.”Menurut Shapiro (1999:38) pengetian kurs
adalah:“Exchange rates are market clering prices that equilibrate supplies and
demands in foreign exchange market”.
Gregory
Mankiw (2003: 123) menge -mukakan bahwa kurs (exchange rate) antara dua
Negara adalah tingkat hargayang disepakati penduduk kedua negara untuk saling
melakukan perdagangan. Sedangkan Tucker (1995:445) menyatakan bahwa: “the
exchange rate is the number of units one nation’scurrency that equals
one unit of another nation’s currency,” Kalau kita bicara tentang
nilai tukar rupiah atas dolar adalah jumlah mata uang rupiah yang
disepakati sama dengan satu unit mata uang asing yaitu satu dolar.
2.3. Suku Bunga
Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku
bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk
persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap
tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.
Pengertian suku bunga menurut Sunariyah
(2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase
uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang
digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.
2.3.1 Fungsi suku bunga
Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81)
adalah :
a.
Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan.
b. Suku bunga
dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan
permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah
mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila
perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka
pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.
c.
Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar.
Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.
Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat.
Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat.
Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997
: 471) suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam
pada periode waktu tertentu.
Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 99-100) suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998) suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang.
Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 99-100) suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998) suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang.
Menurut Nopirin (1992:176) fungsi
tingkat bunga dalam perekonomian yaitu alokasi faktor produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa yang dipakai sekarang dan di kemudian hari.
Menurut Ramirez dan Khan (1999) ada dua
jenis faktor yang menentukan nilai suku bunga, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar,
dan inflasi. Sedang faktor eksternal merupakan suku bunga luar negeri dan
tingkat perubahan nilai valuta asing yang diduga.
Menurut Prasetiantono (2000)
mengenai suku bunga adalah : jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih
suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang
menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang
tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam
bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya
jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan
jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi.
Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi
untuk menyimpan uangnya di bank.
Beberapa aspek yang dapat menjelaskan
fenomena tingginya suku bunga di Indonesia adalah tingginya suku bunga terkait
dengan kinerja sektor perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi
(perantara), kebiasaan masyarakat untuk bergaul dan memanfaatkan berbagai jasa
bank secara relatif masih belum cukup tinggi, dan sulit untuk menurunkan suku
bunga perbankan bila laju inflasi selau tinggi ( Prasetiantono, 2000 : 99-101)
Tingkat suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Suku bunga nominal adalah suku bunga atas uang dalam ukuran uang.
2. Suku bunga riil karena inflasi dan dihitung sebagai suku bunga
nominal dikurangi timgkat inflasi.
Pada saat periode inflasi, kita harus menggunakan suku bunga riil,
bukan suku bunga nominal, untuk menghitung hasil investasi dalam ukuran
barang-barang yang didapat per tahun atas barang yang diinvestasikan.
2.4. Harga Saham
Pengertian harga saham menurut H.M Jogiyanto ( 2000:8 ), adalah
:“Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan
oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan dipasar modal.”Menurut Agus Sartono ( 2001:9 ), harga saham
terbentuk dipasar modal dan ditentukan oleh beberapa factor seperti laba per
lembar saham atau earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham
atau price earning ratio, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat
bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga saham
akan terbentuk dari adanya transaksi yang terjadi di pasar modal yang
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dengan
dipengaruhi oleh beberapa factor.
Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang berhak atas
aktiva perusahaan dan bertanggung jawab atas hutang – hutang perusahaan. Saham
yang telah beredar di masyarakat dapat berpindah tangan melalui pasar sekunder,
pasar sekunder di Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta ( BEJ ) Dan Bursa Efek
Surabaya ( BES ).
Kekuatan pasar dapat menjadi tombak dalam penentuan nilai
perusahaan, dimana jika pasar menilai bahwa perusahaan penerbit saham dalam
kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan akan naik. Demikian pula
sebaliknya, jika perusahaan dinilai rendah oleh pasar maka harga saham
perusahaan dinilai rendah oleh pasar sehingga akan berdampak pula pada harga
saham perusahaan yang akan ikut menurun bahkan bias lebih rendah dari harga di
pasar perdana. Dengan demikian, kekuatan tawar menawar di pasar sekunder antara
investor yang satu dengan investor yang lain sangat menentukan harga saham
perusahaan.
2.4.1 Jenis Harga Saham
Menurut Sawidji Widoatmojo (1996;46) harga saham dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga):
a.
Harga Nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan
oieh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besaraya harga
nominal membenkan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan
berdasarkan nilai nominal.
b. Harga Perdana
Harga ini merapakan pada waktu harga saham tersebut dicatat
di bursa efek.Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin
emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga
saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya imtuk menentukan harga
perdana.
c. Harga pasar
Kalau harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian
emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari irwestor yang
satu dengan investor yang lam. Harga ini terjadi setelah saham tersebut
dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten daii
penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga
inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada
transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor
dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar
atau media lain adalah harga pasar.
2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Harga Saham
Menurut Weston dan Brigham ( 2001:26
), factor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah :
1.
Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan
akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar
saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup
baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar
lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
2. Tingkat Bunga
Tingkat
bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :
a. Mempengaruhi persaingan di pasar
modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan
menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan
harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apbila tingkat bunga mengalami
penurunan.
b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal
ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin
rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga
akan mempengaruhi laba perusahaan.
3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan
Kebijakan pembagian deviden dapt dibagi menjadi dua, yaitu
sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai
laba ditahan. Sebagai salah satu factor yang mempengaruhi harga saham, maka
peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah
yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.
4. Jumlah laba yang didapat
perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan
yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah
sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi
harga saham perusahaan.
5.
Tingkat Resiko dan Pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan
perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya
semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang
diterima.
Sedangkan menurut Alwi (2003, 87), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pergerakan harga saham atau indeks harga saham, antara lain:
1.
Faktor Internal (Lingkungan mikro)
- Pengumuman tentang pemasaran,
produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga,
penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan
penjualan.
- Pengumuman pendanaan (financing
announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
- Pengumuman badan direksi manajemen
(management-board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian
direktur, manajemen, dan struktur organisasi.
- Pengumuman pengambilalihan
diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over
oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.
- Pengumuman investasi (investment
annuncements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan,
penutupan usaha lainnya..
- Pengumuman ketenagakerjaan (labour
announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
- Pengumuman laporan keuangan
perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir
tahun fiskal, earning per share (EPS) dan dividen per share (DPS), price
earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.
2. Faktor eksternal (Lingkungan
makro)
Diantaranya
antara lain :
- Pengumuman dari pemerintah seperti
perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta
berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
- Pengumuman hukum (legal
announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap
manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
- Pengumuman industri sekuritas (securities
announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau
harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.
- Gejolak politik dalam negeri dan
fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada
terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.
-
Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri.
2.5 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas, maka pengaruh dari varibel
penelitian dapat digambarkan pada model seperti dibawah ini:
|
|
|
|
Keterangan :
Variabel independen (X) terdiri dari : inflasi(X1), kurs rupiah(X2), dan suku bunga(X3).
Variabel dependen (Y) terdiri dari : harga saham
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebuah dugaan sementara yang akan dibuktikan kebenarannya
(Hadi,219). Berdasarkan uraian yang dipaparkan didepan maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
1. H11 : Ada
pengaruh antara tingkat inflasi terhadap perubahan harga saham perusahaan Migas
di Bursa Efek Indonesia.
H01 : Tidak ada
pengaruh antara nilai kurs rupiah terhadap perubahan harga saham perusahaan
Migas di Bursa Efek Indonesia.
2. H12 : Ada pengaruh antara nilai kurs rupiah terhadap perubahan harga saham
perusahaan Migas di Bursa Efek Indonesia.
H02 : Tidak ada pengaruh
antara nilai kurs rupiah terhadap perubahan harga saham perusahaan Migas di
Bursa Efek Indonesia.
3. H13 : Ada
pengaruh antara tingkat suku bunga terhadap perubahan harga saham perusahahaan
Migas di Bursa Efek Indonesia.
H03 : Tidak ada pengaruh
antara tingkat suku bunga terhadap perubahan harga saham perusahaan Migas di
Bursa Efek Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Data tersebut berupa data tingkat inflasi, kurs rupiah,
serta tingkat suku bunga periode tahun 2009-2011 yang diperoleh hasil dari
publikasi website Bank Indonesia. Peneliti menggunakan data pada periode tahun
tersebut, karena pada periode ini terjadi fluktuasi harga minyak mentah dunia,
yang diakibatkan oleh kondisi politik negara-negara di kawasan Timur Tengah
yang tidak stabil. Sehingga kemudian terjadi krisis energi di Indonesia,
terutama BBM dan berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan Migas
yang lising di BEI.
3.2 Defenisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependent dan
tiga variabel independent. Definisi masing-masing variabel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) adalah indeks harga yang merupakan gabungan harga semua saham yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), pengukuran yang dilakukan adalah dengan
satuan poin.
2.
Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia(SBI)
Suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia
atas penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Suku bunga penerbitan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang digunakan adalah suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) 1 bulan. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persen.
3.
Inflasi
Inflasi adalah tingkat
kenaikan harga barang secara umum yang terjadi terus menerus. Tingkat inflasi
yang digunakan adalah tingkat inflasi yang diperoleh dari Indeks Harga Konsumen
(IHK). Pengukuran yang digunakan adalah dalam satuan persen.
4.
Kurs Dollar Amerika
Nilai tukar adalah nilai
mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar yang
digunakan adalah kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah yang dihitung berdasarkan
kurs tengah yang dihitung berdasarkan kurs jual dan kurs beli diatur oleh Bank
Indonesia.
3.3 Populasi dan Prosedur Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan Migas yang beroperasi di Indonesia yang sahamnya sudah
lising di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian
ini adalah metode (purposive) judgement sampling yaitu dimana perusahaan dengan
kriteria tertentu sejumlah 3 perusahaan. Populasi seluruhnya ada 6 perusahaan
Migas yang sahamnya dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang
bervariasi yang menjadi objek penelitian (Arikunto, 1998:III). Sedangkan
variabel adalah suatu kuantitas homogen yang nilainya dapat berubah pada setiap
waktu yang berbeda, variabel dalam penelitian ini meliputi:
a.
Independent Variabel / Variabel Bebas (X), berupa:
X1 : Inflasi, merupakan
tingkat inflasi yang terjadi pada penutupan tahun. Data inflasi merupakan data dari BPS, atau Bank Indonesia.
X2 : Nilai tuka rupiah terhadap US$, merupakan
nilai tukar rupiah yang terjadi pada penutupan tahun. Data ini diperoleh dari
Bank Indonesia.
X3 : Suku bunga sertifikat bank Indonesia, merupakan suku bunga sertifikat
bank Indonesia yang terjadi pada periode penelitian. Data ini diperoleh dari
bank Indonesia.
b. Dependent Variabel / Variabel Terikat.
Dalam penelitian ini
variabel terikat yaitu harga saham perusahaan Migas, yang merupakan data
penutupan pada hari aktif kerja.
3.5 Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan model regresi linier berganda dengan
formulasi sebagai berikut:
Y
= @ + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Dimana : Y = Harga perubahan saham perusahaan Migas
@ = konstanta
β1-β3 = koefisien regresi
X1 = Tingkat Inflasi
X2 = Kurs Rupiah
X3 = Tingkat Suku Bunga
e = complement
3.6
Tahapan Analisis Data
3.6.1
Uji Hipotesis
1). Uji Significancy F
uji ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent secara
simultan dengan hipotesis. Dengan ketentuan, apabila : Sig. F > @ 0,05: Ho
diterima, kemudian jika Sig. F < @ 0,05 : maka H1 diterima.
2). Uji Significancy t.
Uji ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent secara
parsial dengan hipotesis. Dengan ketentuan, apabila : Sig.t > @ 0,05 : Ho
diterima, kemudian jika Sig.t < @ 0,05 : H1 diterima.
3). Uji Koefisien Determinasi
Dalam penelitian ini
menggunakan regresi linier berganda, maka masing-masing variabel independent
yaitu inflasi, tingkat suku bunga, dan kurs secara parsial dan secara simultan
mempengaruhi variabel dependent yaitu harga saham perusahaan migas (Y), yang
dinyatakan dengan untuk menyatakan koefisien determinasi atau
seberapa besar pengaruh inflasi, tingkat suku bunga, dan kurs terhadap harga
saham perusahaan migas (Y). Sedangkan untuk menyatakan koefisien determinasi parsial
variabel independent terhadap variabel dependent.
3.6.2 Uji Asumsi
Klasik
Pengujian
asumsi klasik ini bermaksud untuk memastikan bahwa model yang diperoleh
benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi yang meliputi asumsi :
tidak terjadi mltikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi, dan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
1). Uji
Multikolinearitas
Pengujian
terhadap ada tidaknya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan metode VIF
(Variance Inflation Factor).(Gujarati, 1995:339). Pemenuhan terhadap asumsi
nonmultikolinearitas dilakukan dengan kriteria nilai VIF < 10 dan Nilai
Tolerance mendekati 1 (Santoso, 2002 : 206).
2). Uji Autokorelasi
Pendeteksian
Autokorelasi menurut Santoso (2002) dapat dilihat pada angka D-W
(Dublin-Watson) dengan kriteria : Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi
positif Angka D-W diantaran-2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. Angka
D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
3). Uji Heterokedastisitas
Uji
gejala heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser dengan
langkah sebagai berikut:
a). Mencari nilai unstandarized residual variabel
dependent dan kemudian mengabsolutkannya .
b). Nilai absolute tersebut kemudian diregresi kembali
terhadap variabel independent.
c). Dari hasil regresi yang didapatkan dilihat
significant t-nya. Apabila tidak ada yang significant maka dapat disimpulkan
tidak terjadi gejala heterokedatisitas.
4). Uji Normalitas
Uji
normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
residual memiliki distribusi normal. Uji t dan F adalah mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilarang, maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada 2 cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik (Imam Ghozali,2005).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Uji Regresi
a.Analisis Regresi Linier
Berganda
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
-2689.034
|
3013.692
|
|
-.892
|
.374
|
inflasi
|
58.529
|
48.260
|
.136
|
1.213
|
.228
|
|
Bi_rate
|
.411
|
.320
|
.132
|
1.281
|
.203
|
|
kurs
|
41.746
|
153.423
|
.030
|
.272
|
.786
|
|
a. Dependent Variable: y
|
|
|
|
|
Berdasarkan hasil analisa regresi linier dari tabel di
atas maka dapat diketahui:
Persamaan regresi dari perhitungan tabel di atas adalah
sebagai berikut:
Y = -2689,034 +
58,529X1 + 411X2 + 41,746X3 + ℮
b.Uji Significancy
F
Uji F digunakan untuk menguji signifikan pengaruh
variabel Inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan suku bunga terhadap
harga saham secara bersama-sama. Hasil selengkapnya uji F dengan program SPSS
nampak seperti pada tabel berikut:
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
5814953.087
|
3
|
1938317.696
|
.957
|
.416a
|
Residual
|
2.108E8
|
104
|
2026455.882
|
|
|
|
Total
|
2.166E8
|
107
|
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
Nilai F hitung yang diperoleh dari perhitungan dengan
komputer sebesar 957 dengan tingkat signifikan sebesar 0,416 berarti dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen.
c.Uji Significancy t
Uji t merupakan pengujian signifikasi pengaruh variabel
inflasi, nilai tukar dan suku bunga terhadap harga saham pada perusahaan Migas
di BEI secara parsial. Berdasarkan uji regresi yang telah dilakukan diperoleh
kesimpulan berikut:
a. Tingkat inflasi mempunyai nilai signifikansi tingkat signifikansi sebesar
0,000 < 0,05 yaitu 0,228 berarti H01 berhasil ditolak. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa inflasi
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan
Migas.
b. Suku bunga SBI mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yaitu
0,203 berarti H02 berhasil ditolak.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan Migas.
c. Nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,786 > 0,05 berarti H03 berhasil diterima. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap harga saham perusahaan migas.
d. Uji Koefisien Determinasi ()
model
|
R
|
R square
|
1
|
0,164
|
0,27
|
Perhitungan pada tabel tersebut sebesar 0,27 berarti
diketahui bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel independent terhadap
variabel dependent sebesar 27%, sedangkan sisanya (100% - 27% )= 73%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel independent.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui bahwa variabel independent
terbebas dari gejala multikolinearitas. Hasil dari uji ini dapat dilihat dari
angka VIF. Angka VIF ketiga variabel tersebut nampak sebagai berikut:
Nama Variabel
|
Angka VIF
|
Inflasi
|
1.334
|
Bi_Rate
|
1.131
|
Kurs
|
1.274
|
Hasil uji multikolinearitas seperti nampak pada tabel di
atas menunjukkan bahwa angka VIF untuk ketiga variabel tersebut dibawah 10, hal
ini berarti tidak terdapat multikolinearitas.
b. Uji
Heteroskedastisitas
Nama Variabel
|
Nilai sig
|
Sig
|
Inflasi
|
0,228
|
0,05
|
Bi_Rate
|
0,203
|
0,05
|
Kurs
|
0,786
|
0,05
|
Hasil uji heteroskedastisitas yang telah dilakukan nampak
seperti pada tabel di atas yang menunujukkan bahwa ketiga variabel tersebut
mempunyai nilai signifikansi di atas 0,05. Hal ini berarti tidak signifikan
sehingga dinyatakan tidak terdapat heterokedastisitas.
c. Uji Normalitas
Hasil pengujian normalitas
seperti yang tampak pada grafik di atas menunjukkan data yang menyebar
disekitar garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi
dimaksudkan untuk menguji apakah terjadi korelasi antar variabel independent.
Melihat ada tidaknya autokorelasi digunakan angka Durbin Watson (DW).
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, Sri dkk.1998. Perangkat Analisis dan Teknik
Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: P.T Bursa Efek Jakarta.
Ajayi, R.A dan M. Magoue. 1996. On the Dynamic Relation
Between Stock Price and Exchance Rate. Journal of Finance Researce. 19:193-207.
Algifari.2000. Analisis Statistik Untuk Bisnis dengan
Regresi, Korelasi, dan Non Parametrik. Edisi Pertama. Yogya: STIE YKPN.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Jakarta: Rieneka Cipta
Boediono, 1994. Ekonomi Makro. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Djarwanto. Ps. 1999. Pokok-Pokok Analisa Laporan
Keuangan, Yogyakarta: BPFE.
Fabozzi, Frank J. 1995. Investment Management. Prentice
Hall Inc. New Jersey.
Elefn, 2005, Indonesia Capital Market Directory 2004,
Jakarta: The Jakarta Stock Exchance.
Gupta, Jyoti P. Alain Chevalier and Fran Sayekt.2000. The
Causality Between Interest Rate, Exchance Rate and Stock Price in Emerging
Market: The Case of The Jakarta Stock Exchance. Working Paper Series. EFMA
2000. Athens.
Hasan, M. Iqbal. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 2
(Statistik Inferensif). Jakarta: Bumi Aksara.
Harahap, Syafri Sofyan. 2002. Analisis Kritis Atas
Laporan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan
Analisis Sekuritas, Yogyakarta: UPP AMP YKAPN.
Kuncoro, Mudrajad. 2001. Manajemen Keuangan
Internasional, Yogya: BPFE.
Mankiw, Gregory, 2003, Teori Ekonomi Makro, Alih Bahasa
Imam Nurmawan, Edisi Kelima, Jakarta Erlangga.
Munawir. 1995. Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta:
Liberty
Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter Buku I. Yogyakarta:BPFE
---------. 2000. Ekonomi Moneter Buku II. Yogyakarta:
BPFE.
Santoso, Singgih dan Flandy Tjiptono. 2004. Riset
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputer.
Sudjana. 2001. Metode Statistika, Bandung: Tarsito.